081286968485

Musholla Itu Menghantarkan Ke SurgaOleh : AHMAD NURUL IHWAN (Pengasuh Rubrik Catatan Qolbu)

$rows[judul]

(Support untuk keluarga santri ponpes Al-Khoziny). 

Sidoarjo. Sore itu cuaca sekitar Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur sangat bersahabat. Sebagaimana biasa disela-sela tugas gotong royong pembangunan fasilitas Ponpes para santri selalu melaksanakan shalat berjamaah di mushola lantai dasar dari bangunan 3 lantai tatkala waktu shalat tiba. Saat itu bertepatan masuk waktu shalat ashar (sekira pukul 15.00 wib) pada Senin 29 September 2025, para santri mulai shalat dengan hikmat raka’at demi raka’at, ketika shalat memasuki raka’at kedua beberapa santri merasakan sejumlah kerikil berjatuhan, karena dianggap biasa mereka meneruskan shalat, namun tidak lama kemudian ada getaran dan terasa goyangan seperti ada gempa bumi, saat merasakan ada goyangan beberapa santri berlarian menyelamatkan diri dan kemudian gubrak ambruk. 

Setelah menyaksikan langsung ambruknya bangunan mushola dan terdapat banyak santri yang tertimbun didalamnya, para santri lainnya segera bantu mengevakuasi teman-temannya dari reruntuhan bangunan tersebut. Alhamdulillah beberapa santri dapat diselamatkan dengan mengalami luka ringan dan lainnya. Pihak Ponpes langsung menghubungi tim SAR memohon bantuan evakuasi para santri yang terjebak dalam reruntuhan, dengan sigap tim SAR melakuan evakuasi sejak senin (29/09) sore hingga sabtu (4/10) ini (berita dibuat). 

Banyak cerita dari para santri yang menjadi korban reruntuhan ini, ada yang selama dua sampai empat hari terkubur dalam tumpukan beton, alhamdulillah masih bisa merangkak keluar reruntuhan dipandu tim SAR gabungan yang sudah dapat memastikan jalur evakuasi aman dengan panduan dan motivasi tim SAR gabungan terngiang-ngiang suara samar orang-orang dari luar menembus tebalnya reruntuhan, dengan sahutan "Sabar, sabar ya dik", dan santri itu menjawab, "nggih pak nggih, begitu terus sampai ia pingsan". Bahkan ada juga yang bermimpi diberikan air minum dan ajakan shalat berjama’ah dengan jelas walau ia sendiri tidak sadar. Sungguh banyak cerita dari mereka para santri namun tidak semua kami tulis disini, selama menulis ini air mata terus mengalir (gak kuat menahan).

Kesedihan keluarga santri Ponpes Al-Khoziny sangat mendalam setelah mushala Ponpes ambruk dan banyak santri terjebak, dengan beberapa santri wafat syahid, insya Allah (red) dan ratusan lainnya sudah dievakuasi serta masih terus dalam pencarian dan evakuasi puing-puing bangunan. Tentu saja keluarga merasakan sedih, cemas, dan khawatir sembari berdo’a menunggu kabar dari lokasi kejadian di Ponpes Sidoarjo, Jawa Timur. Diantara reruntuhan itu terdengar “sholawat istighfar” yang menyentuh hati dan terharu saat mendengarnya, kebanyakan orang menilai mereka para santri yang wafat adalah korban, tetapi bagi kami adalah “Jalan Menuju Surganya Allah Ta’ala, amin.   

Tentunya kita semua berdo’a dan berharap dengan terus menerus meminta perlindungan Allah Ta’ala sembari membantu upaya tim SAR gabungan segera mengangkat puing-puing bangunan karena waktu terus berjalan dan tidak ada tanda-tanda suara atau rintihan yang didengarkan. Perasaan pasrah akan takdir dari keluarga korban telah menunjukkan tanda-tanda pasrah dan ikhlas karena penantian yang panjang, terutama setelah tidak ditemukan tanda kehidupan di bawah reruntuhan.

Diiringi isak tangis keluarga para korban, Tim SAR gabungan akhirnya mulai mengangkat puing-puing bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo yang roboh dengan alat berat. Langkah itu dilakukan atas permintaan keluarga korban. “Jadi mereka (keluarga korban) memutuskan agar kami aparat mengevakuasi menggunakan alat berat,” terang Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, Kamis (2/10). Suharyanto mengatakan, pihaknya telah menawarkan untuk lanjut proses evakuasi korban secara manual. Namun, keluarga secara bulat meminta agar puing-puing bangunan yang menindih tubuh para korban segera diangkat. “Tetapi dari suara bulat mereka (keluarga korban) menyatakan, sudah cukup, Pak. Sudah cukup karena sudah tiga hari, sekarang tolong itu segera dievakuasi menggunakan alat-alat berat,” imbuhnya. 

Kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an "Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut", artinya "Setiap jiwa / yang bernyawa akan merasakan kematian". Ayat Al-Qur'an ini terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 185, Surat Al-Anbiya ayat 35, dan Surat Al-Ankabut ayat 57. Hal ini merupakan sebagai pengingat bahwa kematian adalah kepastian dan tidak dapat dihindari oleh setiap makhluk yang bernyawa, baik manusia, jin, maupun malaikat. Dengan memahami ini, umat Islam didorong untuk lebih banyak beribadah, menyiapkan diri menghadapi kematian, serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela. Para santri termasuk orang-orang yang ta’at sesuai perintah hadist, "Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat": (HR. Muslim)

Penjelasan ayat dan hadist diatas mengajarkan dan menyadarkan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian, karena semua akan kembali kepada Allah Ta’ala untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Kematian terbaik adalah husnul khatimah, hanya saja bukan soal waktu, peristiwa dan tempat, tetapi juga bagaimana seseorang menjalani hidupnya sebelum meninggal. Karena itu, menjaga iman dan amal saleh sepanjang hidup menjadi kunci untuk mendapatkan akhir hidup yang baik (husnul khatimah).

Oleh karena itu, bagi keluarga santri yang selamat patut bersyukur, dan bagi keluarga santri yang wafat bersabarlah. Yakinlah dibalik kesedihan itu pasti ada kebahagiaan bagi orang yang beriman, terutama bagi orangtua santri yang anaknya wafat di Ponpes Al-Khoziny, jaminan Allah Ta’ala yang wafat sedang menuntut ilmu dan sedang shalat insya Allah syurga, aamiin. Ada beberapa tokoh agama terdahulu, seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Al Khusyu'i, dan Ibnu Taimiyah, tercatat meninggal sedang dalam keadaan shalat. Setiap orang akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan ketika ia meninggal dunia. Meninggal dalam keadaan shalat, yang merupakan ibadah utama, dapat menjadi pertanda bahwa seseorang meninggal dalam ketaatan dan kedekatan kepada Allah Ta’ala. 

Barokallahu fii kum.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)